Friday, December 11, 2020

MOMO sebuah karya epik dari Michael Ende!

Momo

Sumber:

[Kompas] Minggu, 1 Mei 2005

Waktu di Tangan Momo

DETIK-detik waktu terus berlalu, tetapi pernahkah Anda tahu bagaimana wujudnya? Pernahkah Anda mengira-ngira apa yang akan terjadi jika waktu berhenti? Atau, menduga apa jadinya jika waktu akhirnya habis karena dicuri? Di buku ini, Anda akan diajak masuk mengikuti perjuangan seorang gadis kecil untuk menjaga berdetaknya waktu agar tidak direnggut para pencuri berwarna abu-abu. Sebuah cerita khayali bermuatan besar yang akan menggelitik isi budaya manusia modern.

Gadis pejuang kecil itu bernama Momo. Dia adalah gadis yang tiba-tiba ada dan tinggal di reruntuhan amfiteater pada sebuah kota. Tak ada yang tahu masa lalunya, dari mana asalnya, siapa orangtuanya, bahkan berapa usianya. Dia juga punya kelebihan yang jarang dimiliki manusia modern, yaitu kemampuan mendengar. Karena kemampuan ini, Momo sering menjadi solusi pemecahan masalah para penduduk kota. Di mata anak-anak kota, Momo sering menjadi solusi pemecahan masalah para penduduk kota. Di mata anak-anak kota, Momo dikenal sebagai pemberi inspirasi. Setiap hari, permainan terus berganti, tak hanya terpaku pada permainan yang itu-itu aja. Momo juga memiliki dua sahabat dekat yang sangat menyayanginya, Beppo Tukangsapujalanan dan Gigi Pemanduwisata. Sesuai nama mereka, profesi mereka berdua adalah tukang sapu jalanan dan pemandu wisata.

Petualangan Momo menyelamatkan waktu dimulai saat penduduk kota didatangi orang-orang kelabu berpakaian kelabu serta selalu menghisap cerutu berasap kelabu. Tuan-tuan kelabu ini menganjurkan orang-orang untuk menghemat waktu sebab waktu sangat berharga. Menurut mereka, manusia tak perlu membuang-buang waktu untuk mengobrol dengan orang lain, menjenguk orangtua, atau sekadar menikmati udara pagi. Manusia harus lebih efisien agar waktu bisa dihemat dan ditabung.

Bujukan ini sangat efektif. Orang kota berusaha keras menghemat waktu dan menghindari penggunaan waktu yang tak perlu. Lambat laun, mereka jadi semakin individualis, pemarah, mudah stres, dan tak peduli satu sama lain. Anak-anak makin jarang bermain kreatif (karena permainan kelompok digantikan oleh mainan-mainan elektronik individualis). Mereka tak sadar bahwa waktu yang mereka tabung sebenarnya dicuri para Tuan Kelabu untuk kepentingan mereka.

Momo dikejar-kejar oleh agen kelabu karena dianggap berbahaya. Momo dianggap terlalu banyak memiliki waktu luang untuk mendengar cerita dan bermain serta sulit dipengaruhi untuk menabung waktu. Satu persatu teman-teman Momo dikuasai Tuan Kelabu, termasuk Beppo dan Gigi. Di saat Momo sendirian, muncul seekor kura-kura bernama Kassiopeia. Bersamanya, Momo mengalami petualangan menegangkan untuk mengembalikan waktu-waktu yang tercuri, hanya dalam waktu satu jam. Bersama kura-kura ini pula Momo dipertemukan dengan Empu Hora, yang pada akhirnya menunjukkan wujud waktu pada Momo.

***

MOMO, ramuan cerita mujarab yang terdiri dari gabungan bahan-bahan fantasi berbau magis dan mahkluk-mahkluk gaib dengan bahan-bahan filosofis hasil penyaringan atas gejala-gejala sosial, merupakan bikinan seorang penulis Jerman, Michael Ende, yang terbit dalam bahasa Jerman di tahun 1973. Tahun berikutnya, 1974, ramuan cerita ini memperoleh penghargaan bergengsi sastra Jerman, Deutsche Jugendliteraturpreis, sebuah penghargaan khusus untuk cerita anak/remaja.

Si juru ramu, Michael Ende, memang dikenal sebagai penulis yang mumpuni dalam urusan menggabungkan dunia anak-anak dengan masalah sosial. Bukan hanya Momo, banyak karya-karya Beliau lainnya yang memperoleh penghargaan dan terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Yang jelas semua penghargaan itu menunjukkan kekuatan menulis pengarang kelahiran Garmiseh-Partenkirchen, Jerman, 12 November 1929.

Michael Ende adalah putra Edgar Ende, pelukis surealis Jerman yang selalu ditekan Nazi karena karya-karyanya dianggap tidak pro-Nazi. Michael pernah jadi tentara Nazi, tapi kemudian melarikan diri dan bergabung dengan organisasi anti-Nazi.

Setelah perang usai, Michael mulai masuk ke dunia seni peran dan dia bergabung dengan akademi akting di Jerman. Tahun 1960, dia menulis novel pertamanya, Jim Button and Luke the Engine Driver, yang langsung mendapat penghargaan Hans Christian Andersen Award. Momo sendiri adalah karya ketiga Ende. Dari keseluruhan karyanya, The Neverending Story, sebuah novel yang ditulis tahun 1979 dianggap sebagai karya terbesarnya.

Selama hidup, Michael Ende menikah dua kali. Istri pertamanya, Ingeborg Hoffman, yang dinikahinya tahun 1964, meninggal karena kanker tahun 1985. Tahun 1989 dia menikahi Mariko Sato, perempuan Jepang yang sering menerjemahkan karya sastra ke bahasa Jepang. Michael Ende meninggal tahun 1993 karena penyakit kanker.

Semua karya Ende selalu memasukkan unsur surealis yang mungkin banyak dipengaruhi aktivitas seni ayahnya yang dicampur dengan sisi-sisi realitas sosial di kehidupan nyata. Tekanan yang dia dan keluarganya terima semasa pemerintahan Nazi benar-benar memengaruhi pandangan sosial politik Michael Ende di dalam karya-karyanya. Selain karena ceritanya yang menghibur, karya-karya Ende juga banyak dikenal karena muatan-muatan implisitnya yang sering memasukkan ide "berat", mulai dari tata negara, sosial politik, sampai ke psikologi.

***

Di dalam Momo, Ende mengkritik kecenderungan budaya modern yang sangat individualis. Kecenderungan mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya membuat manusia menjadi robot pencipta uang yang berlalu lalang dengan cepat.

Seperti penduduk kota dalam cerita Momo, manusia modern cenderung berusaha seefisien mungkin menghemat waktu. Semuanya jadi cepat dan tergesa-gesa supaya waktu tidak terbuang sia-sia demi mengejar uang. Ketika tergesa-gesa mengejar waktu, manusia modern memiliki kecenderungan untuk menjadi emosional dan tak peduli dengan sekitarnya sehingga sekat antara satu individu dan yang lain pun semakin lama semakin tebal.

Efisiensi waktu memang merupakan sesuatu yang penting. Tetapi, perlu dicatat efisien itu bukan berarti harus cepat dan tergesa-gesa. Efisiensi bisa dilakukan jika manusia memperhitungkan segalanya dengan cermat di mana setiap langkah harus diselesaikan dengan baik dan jangan langsung mengerjakan semuanya secara bersamaan karena pasti akan banyak yang tercecer. Ada perkataan Beepo Tukangsapujalanan, teman Momo, yang bisa diteladani mengenai hal ini, "Kita jangan pikirkan seluruh jalanan sekaligus, kau mengerti? Pikirkan langkah berikut saja..." (hal 42).

Efisiensi juga bisa dilakukan dengan berjalan lambat, dalam arti, setiap langkah harus dilakukan secara mantap. Di dalam buku, salah satu cara ajaib yang dilakukan kura-kura Kassiopeia dalam mengatasi para Tuan Kelabu yang selalu tergesa-gesa adalah dengan berjalan pelan-pelan tetapi pasti. Ketergesa-gesaan hanya akan membuat manusia tidak bisa berpikir jernih, terutama ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai rencana.

Yang jelas sempatkan diri untuk melihat ke kiri dan ke kanan, melihat indahnya warna-warni dunia. Ketika tergesa-gesa, manusia cenderung tak memerhatikan apa pun di sekitarnya. Hal inilah yang membuat tuan-tuan kelabu tidak bisa melihat negeri yang indah, penuh warna-warni indah, dan tak hanya sekedar kelabu membosankan seperti warna tubuh mereka.

Buku ini, seperti buku-buku Ende lainnya, tak sekedar dongeng pengantar tidur. Banyak hal tersembunyi di dalamnya. Mungkin inilah kelebihan novel ini. Sebuah isu sosial yang serius dikemas dalam dongeng kanak-kanak yang jenaka sehingga kita bisa membacanya tanpa perlu selalu mengerutkan kening.

 

E L I A S  W I D H I

Pencinta buku tinggal di Sleman,

Yogyakarta